Jarwo’s Plan (based on true story)
Tak terasa tahun pelajaran telah memasuki bulan ke-12 pada tahun ini. Dan minggu depan adalah minggu yang sangat menentukan bagi Jarwo dan teman-teman untuk naik tingkat atau tidak. Tapi itu bukan merupakan masalah yang sangat berarti bagi Jarwo, walaupun mungkin diluar sana ada teman-teman lain yaitu kaum pemikir, bersusah-susah, memeras otak dan tenaganya, dan bahkan ada yang rela membayar mahal dalam usaha pengenceran otak mereka. Hal itu mereka lakukan hanya demi menghadapi minggu penentuan itu. Memang lain dengan apa yang ada pada pikiran Jarwo saat itu, entah apakah usaha-usaha itu tak terpikirkan olehnya atau memang otaknya tak sampai untuk memikirkan hal-hal sedemikian itu. Seperti biasa, dia punya cara tersendiri yang membuat dirinya seperti tak punya beban sedikitpun.
Dengan dalih mendapatkan angka sakral yang memuaskan dia membuat sebuah koloni besar-besaran di dalam ruang lingkup yang relative kecil. Mungkin atas dasar senasib dan sepenanggungan dengan seluruh membernya, koloni itu dengan mudah dia buat dan mendapat ijin dari pembesar-pembesarnya. Sebagai pelopornya, dia menyusun taktik dan strategi layaknya seorang manager sebuah klub sepak bola yang hendak bertanding dalam perhelatan akbar di tingkat internasional. Dengan senjata utama subuah alat komunikasi yaitu Hape, mental yang kuat, serta modal nekat yang dimilikinya dan setiap anggotanya, dia memberdayakan seluruh member-membernya.
Dia melakukan pembagian-pembagian tugas dan wewenang. Striker, memiliki tugas sebagai pencari titik kelemahan musuh dan sebagai ujung tombak penyerangan. Server, bertugas menampung data dari client-client yang nantinya disetorkan kepada stopper. Stopper, sebagai penampung data dari server-server dan merekap semua data yang diperolehnya. Client, terdiri dari seluruh member kecuali yang mempunyai tugas-tugas khusus. Editor, berwenang melakukan crosscheck semua data yang terkumpul dan bertanggung jawab atas kebenaran data-data tersebut. Dengan pembagian tugas-tugas tersebut membuat semakin mudahnya terselenggaranya rencana illegal ini. Hari-hari yang ditunggu dan akan melelahkan pun tiba. Kaum-kaum pemikir berdatangan bersiap untuk menaklukkan soal-soal yang disajikan. Tampang-tampang mereka bagaikan harimau yang kehabisan makanan dan kini menjadi sangat liar untuk melahap soal satu demi satu. Begitu juga dengan Jarwo dan koloninya, mereka juga tak mau kalah, bahkan persiapan mereka haruslah lebih, yaitu persiapan mental dan nekat untuk menghadapi musuh-musuh yang tak biasa. Sebelum masuk ruangan Jarwo mengumpulkan koloninya terlebih dahulu untuk melakukan briefing. Di depan anak buahnya dia sok berlagak bagaikan seorang bos, itu terlihat dari cara berjalan dan caranya berbicara. “Selamat pagi semua?”, dia menyapa anak buahnya “Pagi juga pak bosss”, rupanya anak buah paham akan posisinya. Tanpa pikir panjang dia langsung masuk ke inti acara. “Server Satu?”, dia mengabsen. “Siap!”, saut anak buahnya. “Server Dua?” “Siap!”.Dan seterusnya. Sebelum mengakhiri pertemuan dia berpesan, “Seperempat waktu diharap data sudah terkumpul semua”. Anak buahnya pun terlihat telah paham akan kata-katanya itu. Dan waktunya tiba, semua peserta memasuki ruangan masing-masing. Begitu juga dengan Jarwo’s Group. Soal dibagikan oleh pengawas, dan peserta sesegera mungkin menyantapnya. Terlihat para pemikir sangat menikmatinya, membabat soal urut dari yang pertama dan selanjutnya. Dari kawanan Jarwo’s Group juga sangat menikmati, tapi mungkin tak selama para pemikir tadi, karena mereka telah membagi-bagi tugas. Client-client bekerja, menyetor data ke Server, dari Server data disetor ke Stopper untuk melakukan perekapan, setelah semua data terkumpul, data berjalan ke bagian Editor. Hnah, disinilah data dicek dari awal sampai akhir, dan yang menjadi Editor adalah dari mereka yang dianggap menguasai akan masalah-masalah pada soal tersebut, dan disinilah pekerjaan yang paling berat. Setelah Editor selesai, maka data tadi disetor lagi ke server-server untuk selanjutnya dinikmati client-client. Perjalanan data tadi tak butuh waktu yang lama, hanya dengan waktu kurang dari satu jam data sudah dapat dinikmati. Selama melaksanakan tugas-tugas itu tadi, para member hendaklah berhati-hati dan memperhatikan situasi kondisi, kalau-kalau ada ancaman dari pengawas. Mereka bekerja sambil merasa-rasakan akan adanya suatu yang bergetar pada dirinya. Jika mereka merasa getaran itu datang yang tak lain berasal dari Hapenya, sesegera mungkin mereka mengambilnya dengan aksi-aksi tanpa ekspresi agar tak terkesan tegang dan agar tak dicurugai oleh pengawas. Sesekali mereka mendapat tatapan dari pengawas, mereka pun sigap akan hal tersebut, dimasukkannya lagi Hapenya yang lagi-lagi dengan wajah tanpa ekspresi. Karena pengawasnya pun juga tak begitu memperhatikan bahkan malah asik ngobrol dengan bahan obrolan yang tak begitu jelas untuk didengarkan, semakin memberikan kelonggaran bagi Jarwo’s Group untuk melakukan aksinya. Dan begitulah sampai akhirnya semua peserta menyelesaikan soal-soal tadi dan mereka keluar ruangan. Jarwo pun juga keluar dari ruangan dengan pasang muka tanpa berdosa dan tanpa sedikitpun merasa bersalah, sebuah kegembiraan terlihat dari raut mukanya. Dia merasa berhasil dalam melakukan taktik dan strategi yang telah dia susun. Kegembiraan juga telihat pada anak buahnya, yang mungkin beberapa dari mereka memperlihatkan kegembiraan palsunya, karena sebenarnya tak ingin melakukan hal illegal tersebut. Tapi karena jika tak begitu mereka hanya akan merasakan ketidakadilan dan kekecewaan, karena terbukti orang-orang yang hanya memanfaatkan kemajuan IPTEK itu tadi berhasil menempati singgasana-singgasana megah di atas sana. Dan kekecewaan itu telah dirasakan berkali-kali, karena telah merasa muak, mereka secara terpaksa ikut andil pada Jarwo’s plan tadi. Memang kebanyakan dari teman-teman Jarwo ikut andil dengan rencananya tersebut. Hanya kaum-kaum idealis dan individualis yang tak mau ikut ambil bagian. Hmm, mungkin disinilah salah satu dampak dari kemajuan tekhnologi yang kian cepat dan membuat jaman ini menjadi semakin edan-edanan. Jika tak ikut edan hanya akan tertindas dan semakin tertindas, yang hanya menyisakan kekecewaan dan rasa ketidakadilan. Yang menjadi harapan saat ini adalah semoga ini semua tak berlangsung lama dan akan berakhir dengan sebuah kesadaran dari lubuk hati yang paling dalam dari mereka dan kita semua.